Jumat, 22 Juli 2016

Keinginan

Bernafas dan Bernyawa,
Bertahan untuk Hidup,
Memunculkan kemauan,
Sehingga berkebutuhan,
dan Pilihan.

Kiri atau Kanan,
Tuhan atau Setan,
Gelap atau Terang,
Iya atau Tidak.

Jika pada satu masa,
Aku Hilang.
Walau Suatu nanti,
Aku Ada.

Apakah kisah seperti itu yang aku cari,
atau Kisah ala Pecandu agama?

Tetap saja aku Gusar dan Bimbang,
menentukan Arah ini.
Untuk bertahan atau mati,
dan serta pada kesia - sian HIdup

Kamis, 21 Juli 2016

Minggu, 26 Juni 2016

Bumi dan Manusia

Bumi dan Manusia

Oleh: Saeful Fatah

Menurut Johann Wolfgang von Goethe: 3000 tahun lamanya manusia menggali pemikiranya terhadap fenomena yang terjadi, baik datang dari alam atau dari manusia itu sendiri. Sifat manusia yang skeptis terhadap perubahan lingkungan adalah salah satu faktornya. Disisi lain ini adalah proses transformasi peradaban yang terus berjalan dinamis bahkan hingga sekarang. Disetiap  era-nya selalu mewariskan budaya dan kekhasan berpandangan terhadap suatu masalah. Kemudian yang menarik adalah proses transisi kebudayaan lama ke kebudayan baru selalu mengundang perdebatan hebat antara kaum konservatif dan kaum pembaharu. Bukan tidak mungkin proses ini mengundang peristiwa sejarah – sejarah besar dunia dan menjadi penanda peralihan kebudayaan. Seperti halnya Revolusi Perancis (1789-1799) yang mengubah sudut pandang dunia terhadap budaya feodalistik yang dirasa tidak agi relevan dan logis untuk di jadikan budaya masyrakat dunia kedepan. Kemabali kepada era kontemporer ini rupanya banyak juga budaya atau kebiasaan yang harus kita koreksi bersama. Rupanya yang menjadi pusaran pemikiran penulis adalah keharusan tranformasi pemikiran manusia dalam memaknai relasi antara manusia dan bumi.  

Sejarah Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Kelahiran Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah sebuah sejarah dan pergulatan panjang bagi manusia. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang kita rasakan bersama sekarang ini adalah proses pengejawantahan dari sulitnya manusia bertahan hidup terhadap tantangan Alam. Segala kemudahan hidup yang kita rasakan adalah atas kemajuan ilmu pengetahuan dan tenologi. Jika kita berpandangan lewat sejarah barat ilmu pengetahuan berangkat dari era Klasik, dimana ilmu pengetahuan belum menemukan tempat yang  mapan sebagai  jawaban dari segala fenomena alam. Namun banyak para pemikir di era itu yang menduga – duga dan mencoba menjawab segala misteri di alam semesta ini. salah satunya adalah Democritus yang menyampaikan teori kematerian yang kemudian kita kenal dengan teori atom. Ilmu pengetahuan sedikit demi sedikit mulai mendapatkan panggung pertunjukannya, walau pun belum ada pemisahan spesifik terhadap materi yang di kaji. di Abad Pertengahan, seorang pastur gereja bernama Nicolas Copernicus yang gemar melakukan perhitungan matematis terhadap perubahan bintang – bintang, menemukan teori baru tentang Matahari sebagai pusat perputaran planet Heliosentris. Pendapatnya bertentangan dengan greja yang waktu itu menyatakan bahwa Bumi adalah Pusat perputaran Planet Geosentris. Alhasil karna pendapatnya Nicolas Copenicus harus kehilangan nyawanya. Lalu baru di era Renaisains ilmu pengetahuan menjadi begitu tersohor dan menjadi tumpuan bagi manusia untuk bisa bertahan hidup.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi, sedikit demi sedikit membuka pandangan manusia, menjadiakan budaya ilmiah sebagai Problem Solve atas tantangan kehidupan. Bergeser di era Modern – Postmodern ternyata memunculkan sebuah bentuk refleksi baru atas peran besar manusia terhadap perubahan bumi itu sendiri. Jika kita mengevaluasi serta memilah kembali terhadap sejarah dan kontribusi manusia terhadap pemanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Maka akan membentuk pandangan baru terhadap ambivalensi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagai pedang bermata Dua yang bisa memberikan imbas positif atau negative. Ketidak selarasan relasi antara manusia (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan Bumi (Alam) adalah bentuk kegagalan manusia di era ini.

Fase  Ke-emasan
Berdasarkan review dari Film Dokumenter ilmiah yang berjudul Home 2009 karya Yaan Arthus –Bertrand. Bumi kini diperkirakan berumur 2 milyar tahun, dimana pada awal pembentukan kehidupan pertama di duga berasal dari mahluk hidup ber sel tunggal archabacteria , mahluk hidup purba sederhana yang mampu hidup di lingkungan yang sangat ekstrim. Pada kelahiran kedua dengan menurunya suhu bumi  munculah Algae yang mampu menangkap cahaya dan menyerap CO2 sehingga menghasilkan O2. Sehingga langit yang hampa hanya di penuhi karbon CO2, kini mulai terbentuk lapisan atmosfir yang kaya berbagai macam gas O3 (Ozon), N2 (Nitrogen), O2 (oksigen) dan gas lain yang mendukung kehidupan di bumi. Lapisan ini lah yang kemudian menjadi pelindung utama bumi dari ancaman luar semacam Meteor dan ateroid yang dapat membahayakan perkembangan kehidupan di dalamnya. Ditandai dengan lingkungan dan suhu bumi yang kian ramah untuk terciptanya kehidupan, bumi melahirkan bentuk kehidupan yang  tertinggi  yaitu “tanaman”. Tanaman adalah satu – satunya bentuk kehidupan yang mampu tumbuh melawan gravitasi dan mampu menangkap sinar matahari sehingga menghasilkan makanan yang  bukan hanya untuk dirinya saja, tetapi  untuk mahluk hidup di sekitarnya juga. Pada fase ini semua lingkaran keseimbangan mengalami masa ke-emasan. Udara yang baik untuk berkembang biak, tanah yang subur untuk tumbuh,  dan air yang jernih untuk dahaga kehidupan.

Kemunculan Manusia
Manusia diperkirakan ada sejak 200.000 tahun yang lalu, namun kemampuan manusia mampu mengubah tata kehidupan di dalam bumi. Coba bandingkan dengan umur bumi 2 milyar tahun, baru mampu merubah segala isisnya. Apakah benar manusia berasal dari proses evolusi kehidupan di bumi? Atau bisa saya simpulkan manusia adalah mahluk hidup yang berasal dari luar angkasa, dalam karangan fiksi sains di sebut alien. Pasalnya Jika dalam ilmu biologi manusia tergolong ke dalam kerajaan Animalia dan termasuk ke dalam hewan mamalia, yang artinya manusia adalah kerabat hewan dan memilki kesamaan. Kenyataanya manusia sangat berbeda dengan hewan apalagi dengan Tanaman. manusia di anugrahi akal yang kemudian terus menuntunya  untuk belajar dan menahlukan segala rintangan yang di berikan lingkungannya. Inilah yang kemudian menjadikan manusia mampu merubah isi bumi dalam waktu yang singkat.

ketika manusia sudah mulai metetap di suatu tempat dan mengenal cara bercocok tanam, manusia kini mulai beradab. Di berlakukan sistem sosial, hukum dan  perdagangan. Meski semua aturan itu masih sangat sederhana namun dari tahap ini manusia  (homo sapiens), memulai babak baru sebagai pemimpin kehidupan di bumi. Tanda perubahan kehidupan  bumi  oleh manusia ditandai dengan mulai ditemukanya sumber energi alam nonterbaharukan (minyak bumi, batu bara dan gas). Energi nonterbaharukan di gunakan untuk memenuhi keberlangsungan kehidupan manusia yang semakin kompleks. Ledakan jumlah penduduk dunia yang luar biasa berimbas pada eksploitas besar -besaran Sumber Daya Alam. Di bangun Jutaan sumur minyak dan tambang batu bara disetiap belahan bumi. Muncul apa yang disebut Revolusi Hijau dan Revolusi Industri  sebagai pengejawantahan dari kerakusan Manusia. Semuanya hanya di tujukan demi terciptanya kenyamanan dan kesejahteraan kehidupan manusia.

Fenomena di temukannya sumber energi dari dalam perut bumi yang dapat di gunakan untuk mempermudah segala aktivitas manusia, kini mengalami babak kritis. Dikarnakan sumber energi tersebut dapat habis dan tidak dapat di perbaharui. Kini wajah bumi di penuhi oleh kepulan asap industri, di penuhi emisi gas kendaraan serta asap pembakaran batu bara yang bersumber dari energi nonterbaharukan. Belum lagi dengan fenomena kebakaran hutan yang sedang melanda Indonesia. Alhasil atmosfir kini di penuhi gas CO2 yang kita ketahui bersama karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang mengakibatkan  pemanasan global. Pieter Tans, seorang peneliti senior dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Menyatakan bahwa Pada tahun 1956 level CO2  mencapai 315ppm, sedang pada tahun 2013 mencapai 400ppm. Kenaikannya lebih dari 80ppm hanya terjadi 55 tahun. Untuk membandingkan perubahan iklim seperti ini di masa lalu, Tans merujuk pada akhir Zaman Es, hingga membutuhkan 7.000 tahun lagi sampai level karbondioksida kembali naik sebesar 80 ppm. Ia pun menambahkan "Apa yang kita lihat saat ini adalah 100 persen akibat aktivitas manusia." Sunggung bisa di bayangkan bencana apa yang menanti kita saat ini. perubahan Iklim yang tak menentu, kenaikan suhu di udara dan bencan global lainya.

Hutan yang berisi pepohonan  dan segala bio difersitasnya kini terancam punah semata – mata demi kebutuhan manusia yang tak berbatas. Hutan yang dahulu  dijadikan sebagai filter gas karbon di atmosfir, buffer dari laju air dan shelter bagi mahluk hidup di sekitarnya, kini kian mengkhawatirkan. Akibat dari aktivitas ilegaloging, perluasan perkebunan monoculture, pembuatan perumahan dan pembangunan indutri. Yang semata – mata bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak ada batasnya. Bumi yang berjuta – juta tahun membentuk hutan kini akan lenyap hanya dalam beberapa ratus tahun atau bahkan beberapa puluh tahun kedepan.

Elemen dasar pembentuk kehidupan kini sudah mulai terganggu, keseimbangan mulai goyah dan keberlangsungan kehidupan di bumi kian kritis. Air tercemar oleh limbah berbahaya bagi kehidupan, udara tercemar oleh gas yang mengancam kehidupan, tanah semakin kering gersang tak lagi bisa di tanami dan  iklim yang tidak menetu dan menjadi sangat ekstrim. Masalah - masalah baru yang muncul tersebut, pada akhirnya akan di terima oleh manusia itu sendiri. Imbas negatifnya seperti bencana alam (banjir, longsor dan kekeringan), gagal panen, kelaparan, wabah penyakit baru, naiknya suhu permukaan bumi, naiknya permukaan air laut, menurunya populasi ikan dan berbagai bencana besar lainya.

Buka hanya soal relasi terhadap alam, kegagalan relasi manusia dengan manusia lainya juga nampak begitu jelas. Realita yang di jumpai di Indonesia dan Negara berkembang lainya bahwa semakin jelasnya jurang pemisah antara si miskin dan si kaya. Pemodal yang memiliki teknologi dan pengetahuan selalu mengisap dan menindas manusia lainya. Pendidikan yang belum mampu memerdekakan pemikian manusia namun harus di beli dengan harga mahal. Belum lagi biaya pengobatan yang mencekik rakyat kecil. Begitu satire manusia kini lebih menyukai sikap saling membenci, dari pada mencintai.

Re- konstruksi Pemikiran
Banyak yang bisa kita lakukan saat ini, di mulai dengan kebiasaan dan budaya baru yang ditanamkan pada sikap kita sehari – hari dalam memaknai bencana global ini. Manusia adalah bagian dari alam, Manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari alam dimana ia hidup. Keselarasan antara manusia dan alam merupakan kunci keselarasan hidup manusia. Lingkungan menjadi salah satu variabel yang memengaruhi kehidupan manusia. Maka muncul sebuah istilah “Apa yang akan di tanam  manusia pada saat ini, manusia pula yang akan menuai hasilnya nanti”. Jika kita memperlakukan alam dengan baik maka kebaikan pula yang akan di berikan. Tetapi jika  sebaliknya, alam pun akan memberikan hasil yang buruk. Kita harus mengkoreksi dan mengevaluasi habis –habisan prilaku, sikap, budaya dan moral yang mengkar di dalam setiap nafas. Mulailah dari kebiasan kebiasaan kecil seperti menghemat energi, mengurangi penggunaan plastic, berjalan kaki atau bersepeda. Berapa KWH listrik yang anda gunakan setiap hari dan berapa jauh anda berkendara setiap hari? Sebuah pertanyaan sederhana namun aktivitas yang kadang jarang di perhatikan,  tanpa disadari telah mengarahkan nasib bumi ini menuju kehancuran.





Re-kontruksi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Berapa juta orang pandai dan berapa milyar manusia belajar di universitas ? apakah yang anda pelajari disana, untuk menjadi penyelamat atau menjadi penghancur? Ilmu ekonomi yang anda pelajari apakah hanya untuk memonopoli, Ilmu hukum yang anda geluti apakah hanya untuk memanipulasi, ilmu keguruan yang anda tahu apakah hanya untuk mengajarkan cara menjadi pengahncur, ilmu politik yang anda banggakan apakah hanya akan menjandi jalan menuju kehancuran. Ilmu pertanian yang anda praktikan apakah hanya untuk membangun perkebunan dan memperkaya diri???

Mari kita rubah konsep Ilmu pengetahuan dan pendidikan yang mampu mengarahkan manusia pada inovasi – inovasi pembaharuan energi yang ramah lingkungan. Banyak peluang yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan teknologi yang ramah lingkungan dan terbaharukan. Seperti Bio-diesel, Bio- etanol, Pembangkit listrik tenaga Surya, tenaga Angin, Geo Termal dan lain- lain. Sumber daya kita sangat banyak dan berpontesi di jadikan energi terbaharukan.

Menurut Kurniawan T Arif dalam Opininya yang berjudul Swadesi Energi “Terkait Indonesia, untuk keluar dari resiko keterbatasan energi, salah satu prasyarat utama yang mesti menjadi fokus penyiapan swadesi energi terbarukan adalah inovasi teknologi. Tentunya yang sesuai dengan karakter alam nusantara dan visibel secara bisnis. Dalam tahap ini, peranan peneliti dan tenaga ahli negeri ini sangat dibutuhkan untuk menyiapkan peta jalan ekosistem energi terbarukan di Indonesia. Semisal, teknologi panas bumi skala menengah yang cocok bagi sumber listrik di lombok dan sumbawa, atau teknologi turbin air yang cocok dengan sungai-sungai di Indonesia. Hal ini menjadi mutlak, agar peneliti kita menghasilkan invensi dan inovasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Indonesia, bukan negara lain, yang akhirnya seringkali -penelitian dan peneliti Indonesia- dibajak.

Selain itu, peran penting lainnya tentu datang dari Pemerintah. Suburnya penelitian dan bertumbuh banyaknya ‘kecambah’ tenaga ahli nan pintar di Indonesia, takkan berarti apa-apa tanpa ‘pupuk-pupuk’ seperti  insentif, kebijakan feed in tariff, perijinan yang cepat dan efisien hingga perlindungan (baca: keberpihakan) pada industri dalam negeri. Tentu kita tak mau kecambah tersebut mengalami dormansi. Negeri ini butuh banyak benih unggul para peneliti dan tenaga ahli. Namun, tanpa didukung tempat tumbuh dan perawatan yang sesuai, panen kemandirian energi pun takkan kunjung terjadi.”

Ribuan tahun terlewati apakah kita manusia pada akhirnya hanya akan melihat kelahiran kehancuran kehidupandi bumi? Tentu itu bukan lah mimpi yang di cita –citakan dari manusia terdahulu. Mulai dari sekarang kita harus mulai mereformasi mental penjajah yang ada dalam diri kita, budaya  over konsumsi yag tidak produktif dan budaya bermewah – mewahan yang mengarahkan pada kehancuran bumi. Saatnya kita belajar untuk merawat dan memperbaiki bumi ini, dengan hidup sederhana dan mengunakan segala sesuatunya sesuai kebutuhan.

“Tapi jangan lengah kawan
Di balik semua keindahan
Ada yang sembunyi tak kelihatan

Buka mata dan telinga
Bencana alam mengancam
Kapan saja… dia siap menerkam

Selamatkan bumi…selamatkan diri
Bekali dirimu dengan informasi”- Supermarket Bencana (Navicula)

Kamis, 18 Februari 2016

Pembebasan dari Ladang Petani

Pembebasan dari Ladang Petani

Oleh: Saeful Fatah


 “Kesadaran Revolusioner harus di tularkan kepada setiap manusia dan tetap harus ada di muka bumi ini.”

Kesempatan yang adil
Kemajuan teknologi pertanian di indonesia menimbulkan pengurangan tenaga kerja manusia yang digantikan oleh mesin – mesin pertanian. Hal ini akan memenangkan kelompok – kelompok yang memiliki modal (tekhnologi, tanah dan uang).  Sebelum mencoba memasukan teknologi/mesin di dalam pertanian yang dapat menggantikan manusia oleh mesin, pihak yang berkuasa atau dalam hal ini harus sudah mampu memberikan kesempatan yang sama bagi tiap masyarakat untuk mampu berkembang. Seperti permasalahan agraria di mana ketimpangan kepemilikan tanah antara tuan tanah dan buruh pekerja yang tidak memiliki lahan pertanian. Padahal Setiap warga negara indonesia berhak memiliki lahan yang sudah di atur dalam undang – undang Reforma Agraria. Pekerjaan besar bagi pemimpin bangsa ini untuk bisa memberikan jaminan keadilan kepada rakyatnya dan juga menjadi tanggung jawab kaum intelektual untuk mengentaskan persoalan bangsa ini khsusnya di bidang pertanian yang syarat dengan permasalahan.

Teknologi Pertanian
Kemajuan tekonologi harus di pahami sebagai kebangkitan kesejahteraan rakyat. Bukan sebagai bab baru dari kelanjutan penindasan di era ini. Teknologi ini bisa diartikan sebagai sumber kekuatan produktif bagi individu di dalam masyarakat itu sendiri. Namun yang kemudian penting adalah bagaimana teknologi itu di distribusikan, di kuasai dan di kelola oleh masyarakat banyak. 

Pembangunan yang selalu berpusat pada kota menimbulkan ketidak merataan di berbagai bidang yang paling jelas adalah masalah ekonomi. Maka kemajuan teknologi ini adalah solusi yang kiranya tepat untuk membangkitkan kekuatan – kekuatan produktif desa. Sehingga arah pembangunan pun datang dari bawah bottom - up. Khususnya pembangunan di bidang pertanian pembangunan harus berlandaskan teknologi yang tepat guna, namun dengan dapat adil memberikan kesempatan bagi petani kebanyakan untuk dapat berkembang bersama. 

Pada sejarahnya di indonesia pernah mengalami perubahan teknologi pertanian dari yang menggunakan organisme bahan bakar rumput sampai mesin bahan bakar minyak, dari burung dan ular di ganti dengan racun (Revolusi Hijau). Ternyata lompatan teknologi ini malah menimbulkan berbagai permasalahan seperti sulitnya mendapatkan pupuk kimia dan mahalnya pestisida yang paling berbahaya akhirnya adalah masalah kerusakan lingkungan. Karna penggunaan teknologi yang hanya berorientasi pada hasil saja, alhasil lingkungan (Ekosistem) yang di korbankan. Teknologi yang disusup kan ke dalam masyarakat secara paksa dan tidak timbul dari kebutuhan masyarakat, yang paling jernih hanya menimbulkan racun bagi kehidupan rakyat itu sediri. 
Kebutuhan akan produk pertanian yang semakin tinggi sedangkan prduktifitas yang cenderung konstan bahkan menurun, menjadikan kebutuhan tekhnologi dibidang pertanian masuk dalam tingkat kritis. Namun tekhnologi yang sekarang di gunakan malah cenderung tidak ramah lingkungan dan syarat dengan boros energi serta bahan bakar fosil.  Maka dari itu penggunaan tekhnologi di pertanian harus lah ramah lingkungan dan menggunakan energi terbaharukan.

Bisa di bayangkan jika setiap individu dalam masyarakat pertanian memiliki kesempatan yang sama dalam kemajuan produktifitasnya dengan penguasaan tekhnologi yang mapan. Krisis pangan, kelaparan, kenaikan harga bahan pangan bahkan yang paling radikal yaitu kemiskinan dapat diatasi. Menilik kembali bahwa indonesia sudah tersohor sebagai negara agraris, dimana tanah, air, udara dan seluruh unsur penyusun kehidupan sangat idela bagi tumbuh dan berkembangnya berbagai mahluk hidup. 

Teknologi yang mampu menghasilkan produktivitas yang melimpah saja tidak akan pernah baik jika, teknologinya tidaka ramah lingkungan dan tidak berdasarkan keinginan dan kebutuhan dari masyarakatnya. Jika Teknologi pertanian sudah ada dan nyata berada dimasyarakatnya maka yang harus diperhatikan selanjutnya adalah keadilan dalam mendapat kesempatan yang sama untuk sejahtera. Teknologi hanyalah sebuah kendaraan dan alat bagi tercapainya kesejahteraan Umat manusia maka, Driver manusia sendiri tanpa di barengi moralitas dan mentalitas yang baik hanya akan menimbulkan bencana. 

Pertanian sebagai modal pembebasan
Kekayaan alam indonesia adalah potensi terbesar sebagai jalan membebaskan diri dari perbudakan, mengukuhkan dan mengultimatum suatu peryataan bahwa setiap manusia mampu merdeka dan terbebas dari ketergantungan kebutuhan alamiah dasar. Yang seterusnya mampu untuk hidup sejahtera dan mengembangkan setiap potensi diri dalam ruang demokratis untuk bersama mewujudkan dunia yang bebas dari penindasan dan penghisapan kapitalisme. Mengutip pemikiran dan tulisan Hannah Arendt “Pengertian Kebebasan yang paling sederhana adalah lepas/terpenuhinya dari tuntutan kebutuhan pokok dasar alamiah seperti Sandang, Pangan dan Papan.”

Jika dalam alam fikiran saya, Pertanian adalah Modal dasar pembangunan Manusia menuju kesejahteraan. Maka hal yang paling kronis adalah menata kembali pola pikir masyarakat pertanian yang kapitalistis, karana infiltrasi kebudayaan global yang materialistis, individualis dan serakah. Merombak mentalitas populis masyarakat indonesia bisa diartikan sebagai mengembalikan dan meyedarkan kembali manusia sebagai mahluk sosisal yang tidak bisa mengacuhkan lingkungannya. Menyadarkan kembali bahwa dalam setiap gerak dan langakah setiap individu terdapat kotribusi nyata dari individu lain dan lingkungannya. Manusia, hewan, tanaman, batu, tanah, air dan semua yang ada adalah satu kesatuan yang saling menopang demi keberlanjutan kehidupan di permukaan bumi, percayalah kita semua saling terhubung. 

Temporer ini kaum intelektualis disibukan dengan perbincangan arus globalisasi yang di satu sisi menyisipkan budaya negatif. Lalu memeperdebatkan budaya mana yang harus dianut sebagai sebuah identitas yang baik, Timur atau Barat. Kecenderungan manusia untuk membedakan dan memisahkan sesuatunya juga harus kita pandang dengan arif. Jangan sampai pengidentitasan sebagai pengkerdilan diri suatu bangsa yang akhirnya melahirkan penjara bagi manusianya untuk berkembang dan mengoptimalkan potensinya. 

Memperbincangakan kajian para filsuf Post Modern bahwa budaya yang baik bukan saja bersumber dan berakar dari tradisi yang sudah ada sekian lama. Pertimbangan perbaikan mentalitas dan moralitas diri tidak harus terkungkung pada warisan leluhur. Modern secara epistemologi adalah sesuai tuntutan zaman, dan modern juga bukan berarti meninggalkan penggalan – penggalan kearifan masa lalu. Perbaikan dan pembangunan harus muncul dari keresahan, kebutuhan dan keinginan masyarakat itu sendiri sebagai sebuah cerminan Kerakyatan. Manusia yang merdeka harus mampu meleburkan setiap pengalaman jiwa masa kini dan masa lalu  mampu melahirkan perbaikan yang lebih baik dari sebelumnya. Akhirnya Kehidupan dan tuntutan zaman yang begitu dinamis tidak seharusnya disikapi dengan mental dan moral yang ortodoks.

Bisa disimpulkan untuk mampu menjadi manusia yang mampu kita harus pandai mengolah dan memisahkan mana yang baik dan sesuai bagi manusia disaat ini dan di tempat ini. Entah budaya itu berasal dari barat atau timur bahkan yang paling primitif sekalipun jika itu dirasa pantas dan cocok maka tidak ada penolakan untuk diadopsi sebagai sebuah identitas baru bangsa indonesia atau seluruh manusia di bumi. Semisal dalam budaya timur yang diserap kebaikannya seperti Keramahan, Kepedulian dan Solidaritas, lalu dalam budaya barat kita menyerap sikap Pekerja Keras, Demokratis, Mandiri, dan Pantang Menyerah. 

Semua usaha pembanguanan manusia baik moralitas/mentalitas dan IPTEKNYA harus dikerahkan sebagai pengejawantahan diri setiap manusia terhadap penolakan keras terhadap segala bentuk penidasan, penghisapan dan perbudakaan. Kesuburan rahim ibu pertiwi yang mampu menumbuhkan berbagai tanaman yang berguna bagi umat manusia. menjadikan pertanian sebagai salah satu jalan untuk bisa mewujudkan kebebasan, kesejahteraan dan kemanusian. Namun hal itu hanya akan mampu terwujud jika rakyat tani sudah memiliki kesempatan yang sama untuk berdaya dan memiliki teknologi yang tepat guna.

Berani- lah Indonesia, Beranilah Petani dan Beranilah Manusia!!!

Tanggung Jawab Mahasiswa

Tanggung Jawab Mahasiswa

Oleh: Saeful Fatah


Akhir – akhir ini saya sering menemui gagasan – gagasan yang tidaklah rasional di kalangan akademisi. Salah satu Pendapatnya mengenai cara berpkaian dan keharusan berpenampilan di lingkungan dan kehidupan kampus yang hanya di tinjau dari prespektif pribadinya. Bukan berarti saya manusia yang anti kritik, tetapi pendapat – pendapat mengenai budaya keharusan berpakaian itu begitu menggangu dan menyengat dikepala. Pasalnya banyak hal yang melatar belakangi ketidak setujuan saya terhadap persoalan ini. Padahal banyak persoalan yang lebih Urgen yang harus dibahas,  dikritisi dan diberikan solusi oleh mahasiswa dan akademisi. Misalnya Persoalan penegakan Hukum Agraria Di bidang Pertanian, Terwujudnya ekonomi Kolektif di bidang ekonomi, Penegakan Hukum yang Tidak adil di Bidang Hukum, Konglomerasi Pendidikan dan lain – lain. Ada apa dengan pemikiran dan budaya yang di pahami oleh masyarakat Kampus, Khususnya Mahasiswa?

Universitas atau institusi pendidikan seyogyanya adalah tempat bagi manusia untuk mencerdaskan dan memerdekakan pemikiran. Di ajarkan berfikir Dengan cara – cara yang rasional dan empiris, lewat metode – metode yang mendidik dan membangun moral manusia. Sehingga yang dihasilkan adalah manusia yang mampu dan menjadi lebih Arif menjawab persoalan dan tantangan Pembangunan Manusia. Dalam mewujudkan lingkungan Pendidikan yang ideal haruslah tercipta budaya kaum intelektual yaitu budaya Literasi (Baca, Diskusi dan Tulis), yang jelas tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi ( Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian). Lalu kenapa masyarakat Intelektual, Masrakat Kampus, kaum Akademisi lebih suka menyorot dan mensensor masalah berpakain? Memang benar pada realitanya kebanyakan manusia menilai segala sesuatu dari penampilan atau kulitnya, jarang menilai sesuatu dari substansinya. Tetapi Saya kira  dengan arif bagi masyarakat  Akademisi yang telah melaksanakan budaya Literasi atau Mengimplementasikan Tri Dharma, persoalan penampilan harus seperti apa dan bagai mana, hanyalah persolan subject dari tiap individu. Toh letak sopan santun, tatak rama, etika setiap manusia memilki cara yang berbeda. Yang jelas tidak melanggar sopan santun yang disepakati masyarakat indonesia secara luas. Dari pada Kita lantang memangkas kebebasan berekpresi dan mengatur manusia lain yang hanya mengkritisi kulitnya, Alangkah lebih bijak jika kita semua terus mengingatkan untuk tetap membudayakan budaya literasi yang mulai terkikis punah. Tentunya Agar tempurung kepla kita tetap sehat dan mampu mebedakan mana prioritas yang utama dan mana yang tidak terlalu penting.  

Jika kita belajar dari sejarah bangsa ini mengenai perjuangan Mahsiswa dan Pemuda begitu kental dengan aroma kritik tajam dalam perjuangan melawan penindasan dan penghisapan . Di era Awal Gerakan Pemuda dan Mahasiswa di tahun 1908 Budi Utoemo begitu gencar mengkritisi Pemerintahan Belanda, Perhimpunan Indonesia  mengeluarkan manifesto 1925, di era 1928 Mahsiswa dan Pemuda berhasil melaksanakan Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda, pemuda berhasil mendesak Sukarno untuk mendeklarasikan kemerdakaan pada tahun 1945, di tahun 1966 Soe Hok Gie dengan Berani menginspirasi Perlawanan Terhadap  Pemerintahan yang sewenang – wenang, di tahun 1974 terjadi peristiwa Berdarah Malari, di mana mahasiswa dan Pemuda Menentang Keras Kediktaktoran Pemerintah, 1998 terjadi Reformasi mahasiswa bersatu menggulingkan Rezim Suharto yang Korup. Tentu yang diharapkan Founding Father kita terdahulu seperti Sjahrir dan Hatta Tidak ingin Mahasiswa, Pemuda dan Kaum Intelektual menjadi bungkam dan apatis. 

Saya pribadi terkadang begitu sulit percaya dengan sejarah panjang perjuangan Kaum Intelektual yang begitu menyakitkan, melelahkan dan menelan Korban Jiwa. Saya meyakini ketangguhan hati dan pemikiran para kaum pembaharu, di karnakan proses intelektualisasi pemikiran serta penyadaran untuk melawan ketidak adilan yang nyata di depann mata. Hal tersebut bisa terwujud di karnakan budaya Literasi yang begitu populis di kalangan Pemuda dan mahasiswa. Karna kesadaran untuk melawan muncul dari pemikiran yang revolusioner yang di barengi wawasan luas. Pemikiran revolusioner ini muncul dari ruang –ruang dialektika kaum intelektual, dengan bersenjatakan wawasan yang komprehensif dan holistik.  sehingga menghasilkan ide – ide yang mampu  melawan kaum – kaum penindas, penghisap dan pembunuh rakyat.

Mari saudaraku,  kita berkaca bersama dan meluruskan kembali pemikiran kita sebagai manusia dan sebagai mahasiswa. Apa kah kita sudah memberikan kontribusi terhadap pembangunan Manusia? apakah kita sudah menjalankan Fungsi dan Peran Kita Sebagai Mahasiswa? Mari kita bersama mewujudkan Budaya Membaca, Berdiskusi, Menulis dan Melawan! Sehingga kita tidak buta dan Tuli dalam menghadpi persoalan Bangsa ini!

“Lekas Bangun dari Tidur Berkepanjangan.
Menyatakan Mimpi MU. 
Cuci Muka Biar Terlihat Segar .
Merapikan Wajahmu 
Masih ada cara menjadi Besar 
Memudakan Tua Mu
Menjelma dan Menjadi Indonesia” – Efek Rumah Kaca



Selasa, 16 Juni 2015

Kerentanan

Kerentanan

oleh: Saeful Fatah

Makna kesempurnaan di hamparan bumi yang bisa di jabarkan dengan kajian ilmiah dan juga bisa bersifat transendental adalah keseimbangan Alam Semesta. Bukan kemudian bermaksud mengkultuskan segala ada yang di alam adalah tuhan, dewa dan sesembahan yang patut di jadikan tempat meminta memutar nasib. Dalam ranah pemikiran intelektual, perkembangan ilmu pengetahuan dan isu bencana alam menjadi titik balik kesadaran utuh manusia dalam memaknai kondisi dan segala sesuatu yang ada pada alam. Dalam peta sejarah alam semesta manusia ada setelah semua bentuk kehidupan mengalami masa keemasan , dimana keseimbangan yang tanpa residu berjalan tanpa merugikan pihak manapun. Adanya manusia di bumi baik dari sudut Dogmatis dan ilmiah adalah bukan untuk kemudian menghisap seluruh kekayaan yang ada di setiap inchi, sudut dan ruang alam semesta itu sendiri. 

Semesta Raya
Semesta berisikan komponen – komponen yang satu dengan lainya saling melengkapi sehingga terbentuklah sebuah system sempurna.  Bahkan bagian – bagian terkecil dari system tersebut tidak ada yang sia – sia, kecoa sekalipun adalah komponen dari system sempurna. Siklus yang terkecil  terus terjadi bersatu dengan system yang sangat besar sehingga melahirkan siklus keseimbangan. Di dalam siklus keseeimbangan tersebut terdapat apa yang dinamakan chaos dan order. Ketika siklus yang teratur tidak bisa lagi menahan  keseimbangannya maka akan terjadi chaos untuk mengembalikan Order dan akan terus terjadi seperti itu, seakan – akan ada sebuah hukum yang tidak tertulis namun semua tunduk terhadapnya.

Dosa Manusia
Kelahiran manusia yang diiringi tangisan adalah kenyataan dan kelahiaran yang diiringi dengan harapan adalah Impian semata. Terlahir menjadi mahluk yang dipersenjatai lengkap (akal, naluri, emosi, nafsu), Menjadikan manusia adalah sejata penghancur bagi apapun yang menghadang di depanya termasuk keseimbangan alam semesta raya.

Kenyataan bahwa manusia menempatkan dirinya bukan sebagai spesies dari klasifikasi kerajaan mahluk hidup. Memberikan kasta yang tinggi bagi manusia dalam menentukan arah bagi keberlangsungan keseimbangan sempurna yang terbentuk miliaran tahun lalu. Pedang adalah akal sedangkan mempunyai dua sisi , Buku adalah budi, moral dan ajaran. Pedang akan di hunuskan kepada siapapun yang tidak sesuai dengan buku.

Manusia membawa akalnya lihai seperti angin, menciptakan system demi mengatur apa – apa yang ada di dalam semeta ini. Menciptakan system tandingan bagi system yang sudah ada. Arahnya sudah sangat jernih menjadikan kehidupan manusia sejahtera. Akal yang selalu terpusat pada manusia Antroposentris dengan sangat cepat membinasakan  rantai keseimbangan. Banyak paham – paham yang muncul sebagai anti tesis dari paham yang sudah eksis sebelumnya. Individualis, egois dan kebencian adalah ajaran terbaik bagi manusia abad ini.

Mungkin kita lupa, mungkin kita lalai atau mungkin kita tidak tahu terhadap kesalahan yang sudah menjadi kebiaasaan dan mungkin waktunya kita coba memperhatikan dengan apa yang mengelilingi kehidupan manusia saat ini. sudah tiba waktunya bagi kita menjemput freja dan mengembalikan keseburan cinta yang menerangi titik buta terhadap kebaikan  dan kebijaksanaan hidup manusia.




www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net